 |
Foto Gatot Nurmantyo dan Hendropriyono |
Sejak masih
menjadi Panglima TNI, saya jujur heran dengan gerak gerik Gatot Nurmantyo.
Gatot pada
masa-masa mendekati akhir jabatannya, begitu gencar membangun narasi
kebangkitan PKI, seolah-olah partai komunis yang sudah dibubarkan sejak 1966
itu masih ada dan ingin bangkit kembali.
Bahkan pada
bulan November 2017, saat masih menjabat, ia gencar mempromosikan nobar film
PKI yang dibuat pada tahun 1984. "Kalau itu perintah saya, mau apa
memangnya??" Begitu kata Gatot saat diwawancarai oleh media dengan nada
yang condong arogan.
Yang menarik,
pada bulan November 2018, meski sudah tidak menjabat sebagai Panglima TNI, ia
menantang KSAD yang waktu itu dijabat Jenderal Mulyono, untuk melepas
pangkatnya jika tidak berani menggelar nobar PKI.
Ada apa
sebenarnya dengan beliau?
Nah, kejadian
ini tambah menarik perhatian saya ketika Gatot Nurmantyo mengomentari
pernyataan mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono bahwa Pemilu kali ini bukan
tentang Jokowi dan Prabowo, tetapi pertarungan ideologi Pancasila melawan
Khilafah.
Gatot
komentar di laman Instagramnya membalas pernyataan Hendropriyono, "Jangan
mau dipecah belah sama orang-orang yang haus kekuasaan !!"
Ia juga
menambahkan dengan mengupload potongan surat kabar lama yang berisi pernyataan
almarhum Jenderal AH Nasution, bahwa "PKI secara menipu mempertentangkan
Pancasila dan Islam".
Bagi Gatot,
yang pernah diberi gelar "Jenderal Islam" oleh para pendukungnya, PKI
adalah biang segala masalah, termasuk permasalahan saat ini saat munculnya
teori ada gerakan Khilafah di belakang kubu Prabowo yang menguat pasca
dibubarkannya HTI oleh Jokowi pada tahun 2017.
Gatot
seolah-olah "buta" bahwa tanpa ada PKI, di Timur Tengah gerakan
pendirian negara Islam sudah memecah Suriah menjadi berkeping-keping dengan
pertarungan ISIS dan Alqaeda, yang sama-sama beragama Islam dan mengusung
agenda khilafah versi mereka masing-masing.
Kedua
organisasi teroris itu selain berhadap-hadapan dan saling memenggal, mereka
juga sama-sama bertempur melawan pemerintahan Suriah yang sah.
Lalu, apa
yang salah dari pernyataan AM Hendropriyono, bahwa Pemilu kali ini adalah
pertarungan Pancasila melawan Khilafah?
Hendropriyono
sebagai mantan Kepala BIN tentu punya bukti kuat adanya gerakan untuk mengganti
sistem Republik ini menjadi negara Islam, oleh gerakan transnasional yang
diusung oleh salah satunya bernama Hizbut Thahrir.
Yang salah
mungkin adalah ilusi Gatot Nurmantyo yang menganggap bahwa Islam di Indonesia
itu satu, dan pecahnya mereka adalah karena gerakan PKI yang mengadu domba.
Padahal, tanpa ada yang mengadu domba, apalagi oleh PKI yang jejaknya saja
sudah tidak ada, Islam di Indonesia sudah terpecah.
"Mana
buktinya Islam di Indonesia terpecah ??" Kata seseorang dengan ngototnya.
Lah, selama
ini Banser NU sedang menghadang siapa ??
Gesekan-gesekan
antara Banser NU dengan simpatisan HTI terjadi dimana-mana. Di Surabaya, di
Sidoarjo bahkan terjadi pembakaran bendera simbol HTI di Garut oleh Banser
bulan Oktober 2018, adalah bukti bahwa sudah ada dua kekuatan yang mengusung
agama "Islam" yang terjadi di arus bawah.
Bahkan Rizieq
Shihab waktu di Madinah pun di videonya yang beredar mengatakan, bahwa ada dua
gerakan besar Islam yang saling menguasai yaitu Islam fundamental dan Islam
tradisional. Islam tradisional tentu diwakili oleh Nahdlatul Ulama, dan fundamental
adalah para pengusung negara Islam, atau yang sekarang ini mereka perhalus
dengan nama NKRI bersyariah.
Terus, dimana
PKI nya? Gak ada. Sama sekali tidak ada. Kalaupun ada potongan koran lama
tentang pernyataan almarhum Jenderal AH Nasution bahwa PKI menipu dengan
mempertentangkan Pancasila dan Islam, tentu itu beda konteksnya dengan
sekarang.
Dulu memang
begitu ketika PKI sedang kuat-kuatnya dan berhadapan dengan partai Islam
Masyumi. Tapi sekarang, PKI nya saja sudah punah. PKI punah bukan saja di
Indonesia, tapi juga di Rusia, yang dulu dikenal dengan Uni Sovyet.
Jadi, pak
Gatot Nurmantyo sudah salah menempatkan kondisi dulu dengan situasi sekarang.
Sekarang medan perangnya sudah berbeda, yang ada sekarang - mengacu pada apa
yang terjadi pada beberapa negara di Timur Tengah seperti Suriah - adalah
ideologi untuk mendirikan negara Islam melawan sistem negara yang sudah ada.
Pak Gatot
"sang Jenderal Islam" hadapilah kenyataan di masa sekarang, bahwa
yang terjadi di Indonesia mirip dengan awal-awal terjadi di Suriah.
Menguatnya
ormas-ormas Islam fundamental yang hadir dengan model kekerasan seperti
persekusi dan intimidasi, juga gerakan jangka panjang untuk mendirikan negara
Islam, sudah tampak jelas di depan mata.
Jangan
ditutup sebelah matanya, dengan ilusi PKI mengadu domba. Hadapilah kenyataan
bahwa Islam sedang ditunggangi oleh kekuatan politik mengatas-namakan agama
demi kekuasaan.
Bapak mantan
Panglima TNI, tentu jauh lebih mengerti karena mendapat asupan informasi yang
lebih detail dan akurat. Masak masih sibuk dengan pocong PKI yang
melompat-lompat pun sudah tidak bisa?
Jika ingin
mengatasnamakan "Islam" kenapa bapak tidak berdiri bersama Banser NU
yang secara sadar bersama 4 juta anggotanya, bangkit untuk menghadapi ancaman
pendukung khilafah yang memanfaatkan momen Pilpres ini untuk kembali eksis disini?
NU kan Islam
juga? Dan kalau masalah dengan PKI, NU jugalah yang berhadapan langsung dengan
mereka saat tahun 1965.
Semoga pak
Gatot Nurmantyo segera melek dengan perkembangan yang ada dan tidak sibuk
dengan ilusi masa lampau yang sejatinya sudah punah. Sekarang jamannya iCore
pak, bukan lagi mesin ketik yang harus di tipeX karena ada salah kata.
Semoga
secangkir kopi, bisa kembali menyegarkan suasana..Seruput.