![]() |
Bahayanya Angan-angan |
Ketika masih aktif di dunia
keuangan, saya selalu menemukan kasus yang saya namakan "mimpi indah
SBLC".
SBLC iatau Standby Letter of
credit itu sejenis jaminan dari bank penerbit. Rumitllah penjelasan keuangannya
dan tidak menarik jika dijelaskan secara teknis.
Tetapi satu hal yang sama, yaitu
perilaku pemegang surat itu...
Si pemegang surat yang biasanya
berisi potensi dana dengan bahasa puluhan sampa ratusan miliar itu, benar-benar
menghipnotis siapapun pemegangnya, tidak terbatas mulai dari orang awam sampai
yang paham keuangan. Hipnotis yang menjadikan manusia seperti "pecandu
narkoba" karena sibuk dengan angan-angan panjangnya.
Dan selalu begitu
Mereka menjanjikan hal-hal besar
dengan asumsi, "jika ini cair nanti..". Terjebak dalam mimpi indah
berkepanjangan dan akhirnya meremehkan pekerjaan di depan mata yang -bagi
mereka- nilainya menjadi sangat kecil dibandingkan apa yang akan mereka terima
nanti.
Akhirnya yang terjadi biaya
operasional mereka membengkak karena sibuk lobbi dari hotel ke hotel, gaya
hidup meningkat supaya bisa dipercaya orang sedangkan pendapatan jauh berkurang
karena terlupakan.
Dan dari banyak kasus, mereka pada akhirnya jatuh miskin
Bahkan baru saja saya ditelpon
seseorang yang masih membicarakan "kertas" yang dipegangnya, padahal
itu sudah 3-4 tahun lalu dan sampai sekarang belum ada wujud dananya yang dia
terima. Persis seperti orang kecanduan narkoba taraf akut yang sulit
disembuhkan...
Apa poinnya?
Bahwa angan-angan panjang itu
sangat mematikan. Membunuh perlahan-lahan ekonomi sebuah keluarga, menjadikan
seseorang sombong karena menolak rejeki yang bisa dikerjakan dan terkadang
kesombongan itu berdampak pada perilaku yang menyebalkan.
Uang belum ditangan saja sudah
menyebalkan, apalagi kalau sudah..
Dan -biasanya- orang-orang instan
ini mudah ditipu orang lain. Mereka berani keluar biaya berapa saja, bahkan
sampai menggadaikan rumah tinggal, untuk menyokong gaya hidupnya yang sudah
naik duluan dan kepada orang yang terlihat bonafid yang menjanjikan bisa
membantu mencairkan dana.
Dalam kasus yang sama, angan
panjang ini menimpa orang-orang awam yang mencoba bermain proyek besar, mereka
yang sudah sibuk menghitung-hitung warisan sampai mereka yang dijanjikan suatu
jabatan.
Kondisi mereka sebenarnya
menyedihkan bagi yang akal sehatnya masih berjalan. Akhirnya mereka dijauhi
karena orang bosan mendengar hal muluk yang selalu diceritakan dan berakhir
dengan situasi yang selalu dramatis ketika kesulitan, bombastis ketika
kesusahan dan selalu minta dikasihani ketika terlihat hutang.
Pada akhirnya sifat egois
seseorang muncul baik ketika ia senang maupun ketika susah, tidak perduli orang
lain juga susah yang penting harus simpati ketika ia sedang susah.
Semua manusia pernah berada dalam
kebodohan. Tetapi orang paling bodoh adalah mereka yang tidak pernah menyadari
kebodohannya.
“Angan-angan itu merusak
perbuatan dan menghabiskan umur. Angan-angan itu seperti fatamorgana, menipu
yang melihatnya dan mengkhianati yang berharap kepadanya.
Dan berhati-hatilah dengan
bergantung kepada angan-angan, karena itu hanyalah dagangan orang-orang yang
dungu". (Imam Ali as)
Nasihat Imam Ali selalu menyatu
ketika dipadukan dengan secangkir kopi...