![]() |
Ketua MUI, KH Makruf Amin |
Membaca jalannya sidang Ahok
dengan saksi ketua MUI membuat saya merinding. KH Ma'ruf Amin yang ketua MUI
juga Rais A'am PBNU, dengan entengnya berkata fatwa yang keluar bahwa Ahok
sudah menistakan agama Islam, dilakukan tanpa melakukan konfirmasi kepada yang
dianggap menistakan.
Fatwa keluar begitu saja, tanpa
memperdulikan bagaimana nasib orang yang terkena fatwa? Saya membayangkan, jika
hukum syariat Islam diterapkan di Indonesia dengan keputusan berdasar fatwa
seperti itu, maka akan banyak kepala orang terpenggal tanpa pernah diberi hak
untuk membela dirinya.
Mengerikan... Betapa murahnya
sebuah fatwa menunjukkan betapa murahnya sebuah nyawa. KH Ma'ruf Amin tidak
bisa melepaskan diri dari ketidak-netralannya dalam mengeluarkan fatwa. Begitu
cepatnya fatwa terhadap Ahok sebagai penista agama tanpa ada proses panjang,
menunjukkan ada "bau" politik yang sangat kentara. Dan hanya orang bodoh
yang berkata, "Tidak ada hubungannya fatwa itu dengan Pilgub.."
Kedekatan KH Maruf Amin dengan
SBY sebenarnya sudah bukan rahasia lagi. Politisi yang berbaju ulama ini rekam
jejaknya terbaca bahwa beliau pernah ada di PPP dan PKB. Dan pada masa pemerintahan
SBY, ia diberi tempat dalam Dewan Pertimbangan Presiden.
Bukan keberpihakannya yang
menjadi masalah, karema keberpihakan itu adalah hak warga negara.
Tetapi menggunakan jabatan
sebagai ulama dan menetapkan nasib seseorang berdasarkan keberpihakan dan ketidak-sukaan,
sungguh menampakkan kepada umat lain bahwa Islam itu adalah agama yang tidak
adil.
Apa yang harus dibanggakan dari
Islam jika seorang ulamanya begini?
Ah Kyai... Sungguh jangan jual
murah agama ini hanya demi duniawi. Jujurlah dalam hati, waktu kita di dunia
hanya sebentar dan pengadilan itu dekat.
Pertanggung-jawaban Tuhan itu
presisi dan tidak bisa dibohongi dengan gelar, jabatan bahkan ilmu agama yang
mumpuni. Beban ulama jauh lebih berat dari beban awam, karena awam tidak
mengerti agama dan berusaha menjalani sedangkan ulama mengerti agama dan harus
menjalani.
Seandainya semua ulama Islam
begini, haruskah aku berTuhan hanya pada secangkir kopi?
Karena kopi tidak pernah
menyembunyikan kepahitannya, sebanyak apapun gula mengelilingi. Seruput dulu,
Kyai... Semoga akal bisa menjadi jernih...