![]() |
Ahok |
Dear, Ahok..
Apa kabarmu hari ini? Pasti
sedang olahraga sekaligus ngobrol dengan para petugas penjara. Dan pasti engkau
mendominasi pembicaraan dengan cerita-ceritamu yang kadang kocak karena lugas,
jujur dan tepat sasaran. Mereka akan jatuh cinta padamu bukan karena sosokmu,
tapi karena pemikiran-pemikiranmu yang luar biasa.
Seorang teman berkata, Ahok itu
lebih maju dari zamannya. Dia seperti Gus Dur dalam wujud berbeda. Yang tidak
perduli apakah yang dia katakan akan menyinggung atau menohok sekalian. Yang
penting dia sudah mengungkapkan apa yang ada di isi hatinya.
Benar sekali...
Ketika engkau, Ahok, bicara
tentang menaikkan nilai sosial di masyarakat miskin yang puluhan tahun tinggal
di pinggiran sungai yang kumuh dengan menyediakan rusun berikut isinya, mereka
menolak.
Banyak orang yang lebih suka
saudaranya tetap miskin supaya bisa dijual dalam bentuk proposal dan
mendapatkan keuntungan materi di dalamnya. Banyak orang yang membutuhkan orang
miskin dengan janji-janji manisnya, supaya tetap bisa mempertahankan suara pemilihnya.
Kemiskinan itu ternyata barang
jualan..
Tetapi engkau tidak. Engkau
membongkar budaya yang sudah berlangsung begitu lama, budaya pembodohan yang
sudah mengakar, dan mendudukkannya kembali di tempat yang benar. Engkau malah
ditolak...
Kau membangun banyak tempat
berkumpul masyarakat melalui taman-taman dengan segala fasilitasnya, tanpa
menggunakan APBD yang malah membebani negara. Kau memakai sistim CSR dari
pengusaha, yang biasanya masuk kantong pribadi para politikus, untuk kenikmatan
banyak warga.
Sistem yang sama kau pergunakan
untuk membeli transportasi rakyat, membangun rusun-rusun istimewa bahkan
membangun jalan layang dimana Habiburakhman tersesat di dalamnya. Tapi mereka
tetap menolak...
Kau ditolak bukan karena apa yang
kau kerjakan, tapi karena lumbung-lumbung tempat mencari makan para pengusaha
tamak, para politikus hitam, para LSM makelar yang kehilangan mata pencaharian,
para preman yang biasa menari diatas penderitaan orang, kau tutup semua..
Musuhmu terlalu banyak dan
terlalu kuat. Semua melawanmu...
Tapi sudahlah. Tidak ada yang
bisa berubah dalam sekejap mata. Semua membutuhkan proses dan usaha. Dan
keinginan kuat dari semua pihak..
Tapi engkau pasti tahu, Ahok.
Spiritmu menyebar kemana-mana. Gerakan-gerakan perlawanan meski masih dalam
skala kecil sudah terlihat. Tongkat estafet yang kau berikan, mulai terlihat
nyata. Barisan mulai dirapatkan. Semua waspada...
Jangan sampai terjadi Ahok-Ahok
yang lainnya. Jangan sampai terjadi peristiwa yang sama, menjatuhkan seseorang
hanya karena dia berbeda suku, ras dan agama..
Aku keliling kemana-kemana
membawa spiritmu. Mereka berkumpul hadir dalam acara, karena spiritmu. Para
pengusaha baik terbuka mata karena peristiwamu. Ternyata, semua gerakan itu
bermula dari peristiwamu..
Dalam setiap pembukaan acara,
ketika kami berdiri bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu yang
sudah lama tidak kami nyanyikan dengan semangat membara.. Aku selalu teringat
padamu.
Apa yang kau perjuangkan tidak
sia-sia. Aku selalu membawa semangatmu. Dan kutularkan kepada semua elemen yang
satu visi denganmu...
Perjuangan masih panjang, tapi
setidaknya kita semua berusaha menyatukan langkah karenamu. Ah, kapan lagi kita bertemu? Aku
minum kopi sachetan dan kau minum air mineralmu. Kita berbeda dalam hal apa yang
kita suka, tapi kita sama dalam hal apa yang kita perjuangkan..
Selamat pagi Ahok. Bahkan seluruh
media rindu membahas semua hal yang kontroversial tentangmu.