![]() |
Enny Arrow |
Kisah fiksi yang paling saya suka dulu adalah karangan Enny
Arrow..
Enny Arrow adalah nama fiksi. Ditengarai, banyak yang
mencatut nama Enny Arrow dibuku stensilan yang mereka buat sendiri supaya layak
jual di bangku belakang bus sambil ditutupi majalah remaja Anita sebagai
penyamaran.
Harganya yang gak fiksi, seribu rupiah yang bagi anak
sekolah waktu itu sangat berguna untuk beli sebungkus rokok karena pengen
seperti bintang iklan yang bebas-bebas aja merokok di layar televisi.
Pemerannya seperti Tante Sonja dan Johan pun fiksi. Mereka
selalu ada di hampir setiap seri Enny Arrow, seperti bintang utama yang
"gada lu gak horny..".
Entah kenapa tante Sonja selalu digambarkan sebagai seorang
istri muda dari kelompok ekonomi mapan dengan gaya menggoda yang selalu
mengincar pria remaja karena ia haus belaian. Sedangkan Johan biasanya
mahasiswa yang kiriman duitnya selalu kurang, dan butuh tambahan sekaligus
menyalurkan keinginan terpendam yang mampet di bangku belakang.
Semuanya fiksi. Tapi Enny Arrow mampu merangkai semua itu
menjadi sebuah imajinasi tingkat tinggi. Terutama imajinasi pria beranjak
dewasa yang kumisnya masih "tumbuh segan mati pun sungkan".
Bahkan bahasa Enny Arrow dulu bisa disamakan dengan bahasa
sastra kelas pujangga, seperti "menggelomoh",
"menggelinjang", "mendesah-desah" dan banyak lagi.
Malah dulu ada bahasa yang tidak saya mengerti seperti
"bulunya halus layaknya rumput manila". Sesudah agak dewasa saya
tanya sama pedagang tanaman, mereka bilang rumput manila itu sejenis rumput
jepang atau rumput teki.
Itulah fiksi model Enny Arrow..
Ketika ada ribut-ribut tentang pernyataan Rocky Gerung bahwa
kitab suci itu fiksi, saya jadi teringat kembali ke sekian puluh tahun lalu.
Mungkin Rocky Gerung waktu remaja sama seperti saya dulu,
yang menganggap bahwa karya fiksi Enny Arrow adalah kitab suci yang wajib
dibawa ketika ke kamar mandi..
Jadi kita berprasangka baik ajalah sama dia. Kasian kan kalo
dia di demo jutaan umat di Monas setiap habis Jumatan ?
Seruput..