![]() |
Hendropriyono |
Saya ingat, setahun lalu saya
dipanggil untuk bertemu seseorang. Namanya membuat hati saya
bergetar, AM Hendropriyono. Seorang Jenderal dengan kemampuan intelijen yang
diakui dan juga penuh kontroversi. Beliau ternyata suka juga membaca tulisan
saya dan ingin berdiskusi tentang banyak hal.
Pertemuan berjalan hangat dan
meruntuhkan semua persepsi angker tentangnya. Hendropriyono ternyata adalah
seorang yang hangat, terbuka, spontan dan sangat blak-blakan. Bahasanya sangat
jujur, bahkan saking jujurnya, hal yang pahitpun bisa ia ungkapkan dan membuat
saya terbahak membenarkan. Menyenangkan berdiskusi dengannya..
Lama saya tidak bertemu dengannya
dan mendengar beliau akhirnya mundur dari dunia politik..
Hal yang terakhir dilakukannya
adalah mengawal partainya, PKPI, yang sempat tidak diloloskan oleh KPU untuk
menggugat di pengadilan. Dan mereka menang. Lolosnya PKPI sebagai partai
peserta Pemilu 2019, sekaligus sebagai tonggak mundurnya beliau dari dunia
politik..
Hendropriyono sangat mudah jika
ia ingin jabatan di pemerintahan. Beliau adalah pendukung Jokowi sejak awal dan
dikenal sebagai salah satu "ahli strategi" dibalik pemerintahan
sekarang, termasuk rumour bahwa ialah yang membuka jalan dan mengajukan Tito
karnavian sebagai Kapolri karena keresahannya akan situasi negeri yang terbawa
panasnya hawa konflik global.
Tetapi ia tidak mau. Posisi
menteripun tidak diterimanya. Ia adalah pemain belakang layar. Ia otak, bukan
tangan..
Di usianya yang menuju 73 tahun,
Hendropriyono sudah punya segala-galanya. Ia pebisnis sukses dengan
kehidupannya yang tenang. Ia adalah buku sejarah bangsa ini yang harus selalu
dibuka dan dipelajari. Ia punya banyak cerita untuk didengarkan. Duduk
bersamanya seperti berada pada masa awal negeri ini berjalan pasca
kemerdekaan..
"Bagaimana dengan pembunuhan
Munir, pak ?" Tanyaku waktu itu. Ia tersenyum pahit. "Kalau ada yang
terbunuh, pasti nama saya yang selalu dimunculkan.." Aku menatapnya,
mencoba menggali kotak rahasia yang terpendam dalam hatinya. Tidak bisa, kotak
itu terlalu dalam tersimpan, tak mampu kujangkau..
Hendropriyono, dengan segala sisi
kontroversialnya yang beliau nikmati sebagai bagian dari cerita misteri tentang
dirinya, mengumumkan bahwa sudah waktunya ia menghabiskan waktu bersama
keluarga besarnya.
"Saya sudah selesai. Biarlah
yang muda yang meneruskan. Saya cukup mengawal politik sampai disini..."
Begitu poin pesannya.
Tidak banyak orang yang tahu
kapan dirinya selesai. Banyak yang terus sibuk dengan menghabiskan masa tuanya
untuk mendapat jabatan. Dirinya haus untuk selalu tampil dan mendapat
perhatian.
Hendropriyono tidak begitu. Ia
tahu kapan saatnya menghilang. Seperti kata Jenderal Mc Arthur, "Old
soldiers never die, they just fade away.."
Akhir cerita seorang
Hendropriyono persis seperti kisah akhir dalam buku cerita Lucky Luke. Yang
menghilang sendirian, disaat semua sedang berpesta kemenangan. "I'm a poor
lonesome cowboy. I've a long long way from home..."
Kapan-kapan saya ingin ngopi lagi
dengan beliau. Seruput...