"Jalan kemana kita malam
ini, lae ? Kujemput kau ya.."
Sebuah pesan masuk melalui
handphoneku. Aku tersenyum. Sudah lama aku tidak bertemu mereka. Berbulan-bulan
tanpa ada kabar dan berita. Aku hanya membaca tentang hasil kerja mereka di
media. Sepi tanpa ada sorak sorai berarti.
"78 teroris ditangkap
menjelang Asian Games 2018". "283 teroris dicokok Densus 88 menjelang
Asian Games dan 66 diantaranya ditangkap di Jakarta". "Densus 88
tembak mati 77 orang jelang Asian Games". Begitu judul yang kubaca dari
sebuah media sekedar lewat saja.
Tidak ada yang sadar bahwa
pagelaran Asian Games 2018 kemarin berlangsung sukses dan aman, karena kinerja
keras kepolisian terutama Densus 88. Berbekal Revisi UU Terorisme yang sudah
disahkan, mereka aktif memburu dalam gelap teroris-teroris yang berkeliaran
ingin meledakkan diri ditengah keramaian.
Sejak awal aku sudah diceritakan,
bahwa akan terjadi serbuan massif dari kelompok teroris baik itu yang terkait
jaringan, maupun yang solo karir dengan nama Lone Wolf yang berkeliaran ingin
menghancurkan nama Indonesia melalui ledakan bom bunuh diri di even
Internasional itu.
Tapi para teroris itu kali ini
menemui tembok tebal. Gerakan Densus 88 pasukan anti teror menyambangi
dimanapun mereka berada tanpa menunggu satu bom pun meledak dan mengacaukan.
Nama negeri ini dipertaruhkan di mata Internasional.
Pasukan senyap ini bergerak tanpa
medali. Mereka harus meninggalkan keluarga dengan resiko tinggi. Tidak ada
sambutan gegap gempita, ataupun ucapan terimakasih yang mereka dapatkan. Mereka
tidak perduli, karena bukan itu memang yang mereka harapkan.
Teman-temanku datang. Tubuh
mereka gempal menghitam. Wajah mereka penuh selidik dan mata mereka tajam
melihat sekitar. Kami pindah menuju suatu tempat yang aman.
Lalu mulailah cerita-cerita itu
meluncur. Cerita yang tidak bisa kuceritakan. Tentang bagaimana mereka
berhadapan dengan maut melawan kelompok dan orang yang membawa konsep mati
sebagai jalan keyakinan.
Tidak perlu tahu apa yang mereka
lakukan. Kita masih ketawa riang dan bebas beraktifitas tanpa ketakutan adalah
bukti keberhasilan. Tanpa mereka, negeri ini sudah lama porak poranda.
Lalu dibakarlah cerutu sebagai
tanda kesuksesan. Ini merupakan kebiasaan. Sebagai tanda pengenal antar kawan.
Ingin kubuat cerita mereka kelak.
Sebagai pengingat anak-anakku, bahwa ada pahlawan dalam senyap yang tak kan dikenal,
yang berjuang supaya negeri ini tetap aman. Mereka hanya dikenal dengan nama
kesatuan. Tidak ada nama perorangan.
Bercangkir-cangkir kopi terhidang
malam tadi..
"Bagaimana situasi Pilpres
2019 ini?" Tanyaku penasaran. Dan cerita-cerita baru mengalir diantara
gelapnya malam.