![]() |
Kami Tidak Takut |
Di grup-grup wa bertebaran meme-meme lucu
yang memparodikan tentang terorisme.
Hanya karena etika terhadap
korban yang meninggal, maka meme-meme itu tidak disebar ke publik melalui media
sosial, tapi hanya di grup-grup pribadi.
Saya yakin mereka yang membuat
dan menyebarkan meme-meme itu bukannya tidak menghormati para korban bom yang
meninggal. Tetapi memang disitulah uniknya orang Indonesia.
Orang kita dikenal mampu membuat
humor-humor dalam menghadapi tekanan sesulit apapun. Humor -bagi saya dan mereka-
adalah bentuk perlawanan dalam menghadapi teror.
Malah tagar #KamiTidakTakut, buat
kami sesungguhnya adalah bentuk ketakutan yang tertulis. Teror tidak bisa
dilawan dengan tagar. Teror hanya bisa dilawan dengan humor.
Teror sendiri berarti bentuk
ketakutan yang nyata. Dan lawan dari rasa takut adalah kelucuan. Dengan
kelucuan, maka pesan ketakutan yang ingin disebarkan teroris akan menjadi
netral.
Hanya saja banyak yang tidak
memahami ini, sehingga kelucuan dalam bentuk joke atau meme dianggap tidak
sopan. Apalagi ketika ada korban jiwa. Semua harus tertunduk sedih dan meratap.
Itu sudah "hukum yang tidak tertulis" di masyarakat yang baperan.
Coba saja ada yang keluarkan meme
yang lucu saat peristiwa pemboman terjadi, pasti dia akan dimaki. Dianggap
tidak perdulilah, tidak empati pada keluarga korbanlah dan banyak lagi.
Padahal ketika status-status di media
sosial kita berisi kesedihan dan ketakutan, maka pesan teror dari teroris itu
sejatinya berhasil. Dan teroris pasti menganggapnya sebagai kemenangan..
Orang Indonesia sesungguhnya
tidak mudah ditakuti oleh teroris. Bom teroris itu hanya membuat mereka sejenak
teralihkan perhatian. Untuk kemudian mereka sibuk menghadapi teror
sehari-hari.
Teror yang paling ditakuti orang
Indonesia adalah "bagaimana besok bisa makan?".
Urusan perut memang terdepan.
Makanya waktu ada teroris Thamrin tahun 2016 lalu, bang Jamal pedagang sate,
tetap kipas-kipas sate. "Wah, ada teroris. Pasti rame nih jualan.. Penglaris.
Penglaris.."
Teror yang juga ditakuti orang
Indonesia adalah debt collector. Apalagi cicilan motor sudah nunggak 2 bulan.
Pasti keluar pagar rumah dengan mengendap-endap sambil nuntun motor, kalau bisa
sebelum subuh sudah keluar rumah dan pulangnya larut malam kalau debkol sudah
pada tidur di rumah.
Emak-emak lebih gak mudah diteror.
Buat mereka, pelakor lebih mengerikan daripada teroris. Karena adanya pelakor,
berarti mereka berpotensi akan menjadi istri tua kalau suami kawin lagi.
Bahaya sekali. Karena kata
"tua" adalah musuh terbesar wanita yang pasti cemberut ketika
ditanya, "kelahiran tahun berapa?".
Jomblo apalagi. Sulit banget
diteror. Teror bagi jomblo adalah ketika hari Sabtu tiba. Setiap malam hatinya
diteror oleh apapun yang lewat didepan matanya yang sedang gandengan.
Bahkan ketika truk gandeng lewat,
seorang jomblo spontan memukul-mukul dadanya sambil teriak, "Trus giliranku
kapannn ya Tuhan. Masak truk aja dikasi pasangannnn?". Ia meraung-raung sambil berlari ditengah hujan lebat mendramatisir keadaan..
Coba. Kuat gak sih teroris
ngadepin situasi kayak gini?
Dan kebetulan sedang di
Australia, akupun terteror setiap mau masuk toilet ketika perut sakit gak
keruan. "Tisu, tisu dimana-mana.. Gimana gua ceboknyaaa?". Bayangan
mengelap pantatku sendiri adalah ketakutan yang nyata.
Ahhhhh.. sakit perut lagi. Tisu
lagi, tisu lagii.. "Aku pengen airrrrrr" suaraku menggema meneror
seisi rumah.
Teroris memang gada apa-apanya kalo
menghadapi orang Indonesia. Mati gaya.